Bukan rahasia lagi bahwa bangsa kita gemar meniru. Tidak hanya perhiasan yang dibuat imitasinya, perangkat teknologi pun bisa digandakan. Alasan utama tentu saja masalah ekonomi, sehingga orang cenderung menekan pengeluaran serendah mungkin. Bahkan kalau bisa gratis.
Meniru tidak selalu negatif. Jika yang ditiru itu etos kerja seseorang yang telah sukses, misalnya, maka orang yang jejaknya telah diikuti pantas merasa bangga. Meniru dikatakan keliru kalau sekedar menjiplak mentah-mentah alias membuat duplikat yang sepersis mungkin.
Tatkala Internet mewabah di Indonesia, anak-anak muda mendapat inspirasi gaya hidup baru. Para remaja akan dinilai ketinggalan zaman kalau tidak punya alamat email. Begitu profesi berbau TI naik daun dan perusahaan baru bermunculan, angkatan kerja kita putar haluan lantas menyerbu berbagai program pendidikan dengan embel-embel Informatika, bersertifikat internasional dan sebagainya.
Dalam sehari, minimal ada satu posting lowongan programer dan desainer Web di milis informasi kerja. Saya pernah melihat sendiri tumpukan berkas lamaran dengan isi serupa di atas meja seorang manajer SDM. Bila peminat suatu posisi sudah begitu banyak, kompetisi bertambah ketat sedangkan posisi tawar menurun drastis. Kasarnya, jika Anda menolak dibayar sekian rupiah, toh masih banyak yang bersedia.
Saya tidak sedang menghasut Anda bersikap pasif terhadap perubahan, bahkan kita semua harus mengadaptasinya. Namun seperti halnya mode, kita perlu bercermin lebih dahulu sebelum menerapkan suatu bentuk teknologi. Jangan cuma membeo yang akhirnya sia-sia belaka. Di musim restrukturisasi seperti sekarang, seorang karyawan dituntut fleksibel, berkontribusi maksimal dan punya kemampuan beragam. Belum lama ini sebuah BUMN terkemuka memberhentikan jajaran eksekutifnya karena sama sekali tidak mengerti dan tidak mau belajar komputer. Kalau Anda tidak memiliki nilai tambah lain di luar komitmen dan loyalitas, bersiap-siaplah ditendang dengan tidak hormat dari kursi yang Anda duduki saat ini.
Prinsipnya, jangan cepat puas. Perkaya wawasan senantiasa dan jadilah produk langka. Seperti seloroh direktur SDM sebuah lembaga pelatihan yang saya camkan benar, “Di antara sekian banyak ayam, jadilah ayam mutiara maka Anda akan selalu dibutuhkan.”