Бронирование отелей на Hotellook

Jepang dan nasib Bumi

Setelah menjajah dan menjarah negara lain, 66 tahun yang lalu Jepang diberi hadiah “anak gendut” berupa bom atom di dua kotanya, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Untuk mengurangi dampak keinginannya untuk berperang meluaskan negerinya, ia “dihukum” tidak boleh punya tentara. Maka Jepang menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang tidak punya pasukan perang.

Dalam keadaan ekonomi yang hancur, Jepang cuma mengandalkan kekuatan budaya saja untuk bangkit.

Bendera Hino Maru yang bergambar sinar semburat merah melambangkan ekspansi, kemudian tinggal noktah merah diatas dasar putih. Sebuah lambang yang kontemplatif khas budayanya yang memuja kekosongan, keheningan, dan determinasi. Sebuah abstraksi visual dari Zen dan Sintoisme.

Jepang memang hanya punya budaya yang kuat. Tapi lantas ia memupuknya, menghiasnya, mengemasnya dan menjualnya kepada dunia. Dunia menerimanya dan tak bisa membendung pengaruh budaya Jepang. Dalam seni beladiri, ia mempunyai Karate, Judo, Jujitsu, Aikido, Kendo yang mengalahkan popularitas seni beladiri setempat pada semua negeri. Dalam arsitektur, arsitektur Jepang menduduki tempat paling terhormat untuk harmoni pertemuan arsitektur tradisional dengan arsitektur modernnya.

Dalam seni lukis, lukisan Jepang hanya bisa disaingi oleh lukisan Cina dalam hal popularitas dan eksotisme tekniknya. Dalam seni merangkai bunga ada Ikebana yang sangat mudah digabungkan dengan arsitektur modern dimanapun ia berada. Dalam seni taman, kita mengenal Bonsai. Dalam dunia anak anak, dari kartun manga sampai game komputer mendominasi dunia. Dalam dunia sastra, Haiku dikenal di sekolah-sekolah.  Tidak boleh ketinggalan disebutkan soal kuliner. Makanan Jepang begitu populer dan menjadi makanan yang bergengsi sekalipun banyak yang tersaji dalam keadaan mentah. Orang lebih kenal sukiyaki dan tempura daripada sayur pindang.

Budaya yang kuat lantas menciptakan manusia yang berkarakter. Disiplin tinggi dan penghargaan kepada potensi manusia dicanangkan sebagai kriteria kemanusiaan. Tak heran ekonomi Jepang meningkat paling cepat mendahului semua negara-negara Asia. Dari negara yang babak-belur kalah perang menjadi negara yang punya “senjata ekonomi” dan siap berperang dengan “cara lain”, yaitu cara ekonomi. Hasilnya, kendaraan Jepang adalah nomer satu paling laku di dunia. 

Dalam pameran-pameran lukisan di tempat terhormat seperti Sotheby dan Christie, kalau dulu lukisan-lukisan termahal terbeli oleh hartawan-hartawan dunia dari negara Barat yang sudah dikenal nama-namanya, ketika Jepang bangkit akhir-akhir ini, lukisan lukisan itu terjual kepada hartawan-hartawan Jepang yang sebelumnya samasekali tidak pernah terdengar namanya.

Mutiara air laut dari perairan Indonesia yang sempurna bulatnya akan sangat mahal. Dan pasar Jepang selalu menyerapnya dengan harga yang tidak masuk akal tingginya. Kayu Indonesia dari kualitas yang terbaik, tanpa mata kayu, tanpa retakan, dan berusia tua sehingga ukurannya besar-besar, tak mudah didapat lagi di Indonesia karena Jepang membelinya dengan harga tertinggi, bersaing dengan Eropah.

Dan masih banyak lagi.

Supremasi ekonomi berjalan seiring dengan supremasi teknologi. Sampai kini, hanya Jepanglah negara Asia yang secara teknologi bisa bersaing dengan Amerika. Tapi teknologi ini kemudian mengidap bahaya besar sejak dua “anak gemuk” jatuh di dua kota Jepang itu.

Barusan Jepang dilanda Tsunami akibat gempa tektonik berpusat 380 km di Timur ibukota, 10 km dibawah muka laut. Gempa 8,9 skala Richter itu memporak porandakan kawasan pantai. Tapi BUKAN itu kengerian terbesar....

Kengerian terbesar adalah pada bahaya di Fukushima. Sebuah reaktor nuklir telah meledak dengan ledakkan kecil. Memang “cuma kecil”,  tapi kita tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Biasanya hal seperti itu ditutup-tutupi oleh pemerintahnya. Seperti Chernobyl di Rusia 25 tahun yang lalu yang meledak karena kesalahan manusia, sekarang di Fukushima ada yang mengancam JAUH lebih dahsyat lagi. Bila Chernobyl terletak di daerah yang relatif sepi dan relatif sedikit korban, yang ini sekarang terletak di Jepang, dimana tidak ada daerah sepi di negeri ini. Banyak orang bisa terkena. Berita terakhir sudah belasan ribu orang dievakuasi menjauh dari lokasi.

Bila terjadi ledakan besar dan tertiup angin ke arah benua, akan mengakibatkan dampak 10-100 kali lebih buruk daripada Chernobyl. Awan jahat akan menyebar keseluruh planet dan hujan racun yang bersifat asam akan mencemari segala-galanya.

Ini baru awal dari kehancuran. Bukan tidak mungkin akan terjadi gempa tektonik dan vulkanik berikutnya dan diikuti dengan badai-badai lain yang berdampak JAUH lebih dahsyat. Nampaknya planet Bumi menghadapi tantangan terberat sejak Jaman Es.

Bila memang ini adalah akhir bagi semua, bagaimana sikap kita?. Apakah kita masih sibuk membenci sesama? Apakah kita tetap mengisi hidup ini dengan hal hal sepele yang tidak perlu? Apakah kita masih meneriakkan suara tuhan masing-masing yang berbuntut pertengkaran-pertengkaran antar sesama?

Ataukah… ataukah kita mulai memperdulikan spiritualitas kita dengan bersikap sederhana dan positif terhadap sesama dan lingkungan?

Sungguh, mungkin semua rencana kita perlu direncanakan kembali menghadapi semua yang akan terjadi yang kita kira masih jauh diluar usia kita, tetapi ternyata cuma sebentar lagi.

Mungkin ini saatnya manusia Bumi perlu berdamai dengan dirinya sendiri dengan cara berdamai terhadap sesama dan lingkungannya...

Sumber : Ferrywar

loading...
loading...